Pagi!
Waktu yang paling kunanti sepanjang hari. Dimana embun menyejukkan berebut posisi, cahaya mentari malu-malu menyinari bumi, kokokan ayam yang seperti enggan berhenti dan yang paling kugemari ialah kehadiran laki-laki diambang pintu kamar ini.
Waktu yang paling kunanti sepanjang hari. Dimana embun menyejukkan berebut posisi, cahaya mentari malu-malu menyinari bumi, kokokan ayam yang seperti enggan berhenti dan yang paling kugemari ialah kehadiran laki-laki diambang pintu kamar ini.
Pagi!
Kembali pagi hampiri bumi yang disinari indah mentari mengiringi mimpi yang segera pergi disapu semangat tiada henti. Kau tahu, pagi? Semangat ini kudapati dari laki-laki di ambang pintu kamar ini.
Kembali pagi hampiri bumi yang disinari indah mentari mengiringi mimpi yang segera pergi disapu semangat tiada henti. Kau tahu, pagi? Semangat ini kudapati dari laki-laki di ambang pintu kamar ini.
Pagi!
Tiga tahun terlewati, seakan mentari tiada lagi. Embun sejuk tak lagi jejaki bumi, kokokan ayam terdengar sunyi mengiringi sepi yang tiada henti. Semua karena tak ada lagi laki-laki diambang pintu kamar ini.
Tiga tahun terlewati, seakan mentari tiada lagi. Embun sejuk tak lagi jejaki bumi, kokokan ayam terdengar sunyi mengiringi sepi yang tiada henti. Semua karena tak ada lagi laki-laki diambang pintu kamar ini.
Pagi!
Semangat nampaknya telah pergi, hanya mendung yang kini selalu menyelimuti. Semua memang sudah lama terjadi, tetapi hati tak henti merintih karena rasa rindu pada laki-laki diambang pintu kamar ini.
Semangat nampaknya telah pergi, hanya mendung yang kini selalu menyelimuti. Semua memang sudah lama terjadi, tetapi hati tak henti merintih karena rasa rindu pada laki-laki diambang pintu kamar ini.
Pagi!
Ah tidak ada lagi. Sejak ia pergi, pagi tak lagi kunanti. Sebaliknya, sekarang ini waktu yang paling kubenci. Sunyi dan sepi telah menjadi teman sejati. Sungguh aku ingin pagi mengerti tentang sakit hati yang kualami setelah kepergian laki-laki diambang pintu kamar ini.
Ah tidak ada lagi. Sejak ia pergi, pagi tak lagi kunanti. Sebaliknya, sekarang ini waktu yang paling kubenci. Sunyi dan sepi telah menjadi teman sejati. Sungguh aku ingin pagi mengerti tentang sakit hati yang kualami setelah kepergian laki-laki diambang pintu kamar ini.
Pagi!
CUKUP! Aku tak butuh pagi, aku tak butuh mentari, aku tak butuh embun pagi. Meski hanya sebuah ilusi, yang kubutuhkan hanyalah laki-laki diambang pintu kamar ini.
CUKUP! Aku tak butuh pagi, aku tak butuh mentari, aku tak butuh embun pagi. Meski hanya sebuah ilusi, yang kubutuhkan hanyalah laki-laki diambang pintu kamar ini.
Tahukah
kau wahai, pagi? Semua ini tentang ayahku yang telah pergi :'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar